"Islam dan Muslim"
Mungkin kita gak akan pernah lupa sentilan Syeikh Muh. Abduh yang mengatakan, "Islam mahjubun bil Musimin". "Islam" ibarat intan yang kemilau kecemerlangannya, tidak begitu terpancar karena pudar oleh performen orang yang "mengaku Islam". bahkn beliau bilang, Islam beliau temukan di negeri yang di sana tdk terdapat muslim, dan sebaliknya Islam tdk beliau temukan di negeri Muslim. begitulah sesungguhnya bahwa "Islam" dan "Muslim" bukanlah dua hal yang berkesatuan secara lagsung. dua hal tersebut bisa saja tdk utuh. Untuk itu, mari kita tingkatkan introspeksi diri dalam upaya pengutuhan kedua hal tersebut.
Islam adl nilai yang berada di wilayah Tuhan yang vacum otortas manusia. dia tidak bisa disabotase oleh manusia manapun, dan atas alasan apapun. Muslim hanyalah sebuah ungkapan utk setiap mausia yang mencoba menghubungkan dirinya dgn wilayah tersebut, namun tdk akan pernah bisa menjajahnya lalu menuasainya, karena itu adl wilayah Tuhan. Ibarat "Matahari", semua manusia di belahan bumi manapun bisa melihatnya, namun tdk akan pernah berhasil untuk mensabotase kepemilikannya. karena matahari adl milik semua makhluk Tuhan. "Dan kepada Dia lah semua makhluk langit dan bumi ber-islam". Ramadhan karim^_*
By_Abudzar al Giffary
Jumat, 26 Juli 2013
Kamis, 25 Juli 2013
أنا أحبك يا رسول الله
AKHLAK RASULULLAH DALAM KELUARGA
04
Mei
KEWIBAWAAN RASULULLAH DALAM BERKELUARGA
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.
Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang ayah, suami dan pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam buku Insan kamil karangan Dr. Sayyid Muhammad Alwy al-Maliky, disebutkan bahwa Al-‘Aswad datang bertanya kepada Aisyah apakah yang dikerjakan Nabi SAW bila ada dirumah? Aisyah menjawab: “Ia membantu istrinya, hingga apabila datang waktu shalat, maka ditinggalkannya apa yang dikerjakan. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri apa yang diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari Aisyah berkata, “bahkan Nabi SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti halnya orang lain mengerjakannya”.
Nabi Muhammad SAW mempersonifikasikan peran dari ayah dan suami yang sempurna. Dia sangat baik dan toleran terhadap istri-istrinya sehingga mereka tak bisa membayangkan hidup tanpa dirinya, dan mereka tidak ingin jauh darinya.
Rasulullah adalah kepala keluarga yang sempurna. Menangani banyak wanita dengan tenang, menjadi kekasih hati mereka, pembimbing pikiran mereka, pendidik jiwa mereka dan sekaligus tidak lupa dengan persoalan umatnya atau mengabaikan tugasnya. Rasulullah sangat unggul dalam segala aspek kehidupannya.
Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah yang sempurna, dan kakek yang istimewa dalam banyak hal. Beliau memperlakukan anak cucunya dengan kasih saying yang besar, dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan mengajak mereka beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan mencintai mereka. Dalam persoalan duniawi beliau sangat terbuka, tapi jika berhubungan dengan Allah, Beliau sangat serius dan bermartabat.
Beliau menunjukan kepada mereka bagaimana menjalani hidup secara manusiawi dan tidak membiarkan mereka mengabaikan kewajiban agama dan menjadi manja. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan mereka untuk hari kemudian. Keseimbangannya yang sempurna dalam soal itu adalah dimensi lain dari inteleknya yang diilhami oleh Ilahi.
Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Muslim, Anas ibn Malik, yang menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun, mengatakan:” aku tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya selain Muhammad SAW”.
Nabi dikaruniai banyak istri bukan semata-mata karena hawa nafsu, tapi karena untuk memberi nafkah secara terhormat kepada wanita dan janda yang tiada daya. Pernikahan ini tidak ada hubungannya dengan pemuasan diri, keinginan pribadi atau nafsu. Ini semua sama sekali bukan perbuatan bersenang-senang, tetapi tindakan disiplin diri.
SISTEM PEMBINAAN RUMAH TANGGA RASULULLAH
Kebiasaan rasul pada waktu pagi adalah mengunjungi istri-istrinya untuk memberikan petuah dan menanamkan ajaran agama. Sedangkan waktu untuk mengobrol atau bercumbu, beliau biasa melakukannya pada malam hari. Kalau sedang berada di rumah, beliau sering membantu istrinya. Tentang sifatnya di rumah, ‘Aisyah mengomentari: “Beliau tidak pernah memukul siapa pun, baik itu istri-istrinya maupun pembantunya”. Ketika diajukan pertanyaan apa saja yang dilakukannya di rumah, ‘Aisyah menjelaskan: “ Beliau selalu siap membantu istrinya. Jika tiba waktu shalat, beliau langsung beranjak untuk menunaikan shalat tersebut. Rasul sering menjahit sendiri pakaiannya yang sobek atau sandalnya, mengisi ember, memeras susu kambing, dan melayani dirinya sendiri bila mau makan. Pekerjaan sampingan tersebut dilakukannya pada waktu-waktu tertentu, terkadang dikerjakannya sendiri atau bersama istrinya, meskipun dia punya pembantu.” Selain itu, Rasulullah juga ternyata sering bercanda dengan istrinya, terutama dengan ‘Aisyah.
Adapun mengenai keadilan terhadap istri-istrinya, hal itu tampak sekali dalam beberapa kejadian. Misalnya, apabila rasul akan bepergian (yang tidak mungkin dilakukan dengan semua istri-istrinya), beliau mengundi mereka. Tak pernah sekalipun beliau menentukan langsung atau memilih salah seorang diantara mereka. Keadilan rasul juga tampak dalam hal menggilir istri-istri. Riwayat yang bersumber dari ‘Aisyah menyebutkan bahwa beliau tidak pernah mengistimewakan sebagian mereka dalam hal giliran. Selain itu, beliau juga selalu adil dalam pemberian nafkah dan membagi cinta kasihnya pada para istri.
Rasulullah memang merupakan profil seorang suami dengan sifat-sifatnya yang utama, penuh keteladanan, berwibawa, dan sangat santun. Tetapi itu bukan berarti dalam rumahtangga nabi sama sekali tidak pernah terjadi konflik. Rumah tangga nabi, sebagaimana rumah tangga yang lain, sering diwarnai gejolak konflik, seperti kemarahan salah satu pihak atau kecemburuan. Abu Dawud dan An-Nasa’i meriwayatkan bahwasanya ‘Aisyah becerita: “Aku belum pernah menemukan orang yang pandai memasak (untuk nabi, dan disuruhnya seseorang untuk mengantarkannya pada beliau ) kecuali Shafiah, padahal nabi sedang gilirannya di rumahku. Darahku naik bagaikan memenuhi rongga dadaku sampai terasa sesak dan tubuhku gemetar. Akibat perasaan cemburu yang tak terkendalikan itu, maka segera kubanting mangkoknya yang berisi makanan itu.” Menanggapi kecemburuan ‘Aisyah itu, nabi dengan sangat bijak hanya berkata dengan tenang: “Piring harus diganti piring, makanan harus diganti makanan”.
‘Aisyah memang sangat pencemburu, terutama dengan Khadijah yang selalu disanjung nabi. ‘Aisyah bercerita: “Pernah suatu kali nabi menjanjung Khadijah di depanku. Maka meledaklah lahar cemburu dalam hatiku. Lalu akau mengatakan kepadanya: Bukankah dia hanya seorang perempuan tua bangka tak bergairah? Kelebihan apakah yang dimiliki perempuan itu? Padahal Allah telah meberikan gantinya untukmu yang lebih dalam segala-galanya dibanding dia? Mendengar ucapanku, Rasul marah tak terkira, sampai anak rambut di bagian dahinya meremang lantaran kemarahan yang luar biasa itu. Kemudian beliau berkata: Tidak!! Demi Allah tidak! Allah tidak pernah menggantikannya dengan seorang perempuan lain yang lebih baik dari Khadijah. (Tahukah kau) dia beriman kepadaku tatkala orang lain menentang risalahku.” (HR. Ibnu Atsir).
Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, konflik yang sangat besar terjadi ketika para istri nabi mengelompokkan diri menjadi dua kubu yang saling bermusuhan satu sama lain. Kelompok pertama ialah ‘Aisyah beserta sekutunya, yaitu Hafsah, Shafiyah, dan Saudah. Sedangkan kelompok yang kedua dipimpin oleh Ummu Salamah dengan para anggota: Zainab, Ummu Habibah, dan Juwairiyah. Dua kelompok ini timbul karena api cemburu dan berbagai latar belakang lainnya. Terhadap hal ini, nabi pun menyikapinya dengan sangat bijak dan sabar hingga akhirnya dua kubu tersebut dapat diperdamaikan.
Begitulah, dalam membina rumah tangganya, fungsi seorang suami sebagai pemimpin rumah tangga sangat nyata dipraktekkan oleh rasul. Beliau selalu mendengar aspirasi para istrinya, tetapi pengambilan keputusan tertinggi dan kewenangan mengatur rumah tangga tetap ada padanya. Acap kali istri-istri beliau mempergunakan kebebasan dalam berbicara, sedangkan beliau mendengarkan, menjawab, dan menyampaikan pendidikan. Sebagai seorang pemimpin rumah tangga, rasul selalu berusaha membimbing dan mengarahkan seluruh anggota keluarganya untuk bertakwa kepada Allah. Inilah mengapa rumah tangga rasul, meskipun sering terjadi konflik intern, tetap utuh dan stabil. Pemandangan ini sangat kontras perbedaannya dengan apa yang terjadi dewasa ini sebagai akibat arus feminisme ajaran barat, dimana fungsi kepemimpinan suami sudah tidak ada lagi dalam rumah tangga. Akibat hilangnya fungsi kepemimpinan suami itu, maka dalam rumah tangga tidak ada lagi pihak yang punya kewenangan untuk mengambil keputusan tertinggi. Rumah tangga pun menjadi sangat tidak stabil dan konflik yang terjadi seringkali berakhir perceraian.
Bagaimanapun, keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang mau tidak mau, pasti akan butuh adanya pemimpin. Ini bukan persoalan bias gender atau tradisi patriarkhi, tetapi kenyataan watak kebutuhan dari sebuah organisasi bernama keluarga yang tak mungkin bisa kita pungkiri. Oleh karena itu, sangat tepat sekali ajaran Islam yang mengajarkan dan menetapkan bahwa suami berfungsi sebagai pemimpin rumah tangga. Hanya saja, dalam hal menjalankan fungsi kepemimpinannya, seorang suami harus mampu bersikap bijak dan adil, sebagaimana yang tampak dalam pribadi rasul. Suami juga tidak boleh menindas istrinya, membuatnya tertekan, apalagi sampai menyakitinya secara fisik.
Apabila kita mampu menerapkan prinsip-prinsip pembinaan rumah tangga nabi dalam kehidupan rumah tangga modern, maka maraknya persoalan pertikaian dan perceraian dalam kehidupan berkeluarga akan dapat teratasi Abu Ya’la meriwayatkan dari Aisyah. Ia pernah berkata “Aku mendatangi Rasulullah sambil membawa tepung yang sudah kumasak, lalu aku berkata kepada Saudah, dan beliau berada diantara diriku dan Saudah. ‘Makanlah’, namun Saudah enggan. Maka aku berkata lagi, ‘Kamu makan atau harus aku polesi wajahmu dengan tepung ini!’, Saudah tetap enggan. Tidak mau makan. Maka kuletakkan tangunku didalam tepung dan kupolesi wajah saudah dengannya, Rasulullah tertawa melihat tingkah kami berdua. Beliau meletakkan tangannya didalam tepung seraya berkata, ‘Ayo polesi wajah Aisyah!’, sambil tertawa kepada Saudah.”
Sudah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sempurna. Beliau mempunyai sifat-sifat yang bisa dijadikan panutan bagi semua umat manusia. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.
Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang ayah, suami dan pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri apa yang diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari Aisyah, bahkan Nabi SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti halnya orang lain mengerjakannya.
Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah yang sempurna, dan kakek yang istimewa dalam banyak hal. Beliau memperlakukan anak cucunya denagn kasih sayang yang besar, dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan mengajak mereka beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan mencintai mereka. Dalam persoalan duniawi beliau sangat terbuka, tapi jika berhubungan dengan Allah, beliau sangat serius dan bermartabat.
Rabu, 24 Juli 2013
Ketika Cinta Mengetuk Hati Sang Aktivis Dakwah
Aktivis dakwah kampus yang sering disebut ADK bukanlah barisan malaikat
yang tanpa cela. Bagaimanapun juga, mereka adalah manusia yang bisa
melakukan kesalahan dalam tatanan kehidupannya. Disinilah uniknya,
fitrah manusia yang mempunyai rasa dan akal untuk belajar dari tiap
kesalahannya. Sering kali ADK tergelincir dan keluar dari barisan dakwah
karena tidak memiliki iman yang kuat.
Banyak hal yang menggoyahkan ADK. Menurut penglihatan saya para ADK
sering kelimpungan kalau sudah terkena virus merah jambu. Virus ini
bekerja secara perlahan tapi pasti. Kadang para ADK tidak menyadarinya
bahwa dalam hatinya sudah terjangkit virus merah jambu (VMJ). Biasanya
bila sudah terjangkit virus ini, hati hanya condong ke satu arah, mata
hanya memandang ke satu wajah, dan rindu itu tertuju hanya untuk satu
orang idola. Dia yang tanpa cela, dia yang selalu sempurna, dan dia yang
selalu dipuja. Masalahnya yang disebut dia bukanlah Sang Pemilik Hati.
Namun hanya seorang yang mungkin bisa mengacaukan hati.
VMJ ada karena cinta ada. Tiada yang dapat mengingkari perasaan ini
karena rasa ini adalah fitrah kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Tetapi,
ada yang perlu dicatat! Pengemasan cinta itu. Karena cinta tidak bisa
dibelenggu makanya harus dijaga dan dirawat agar tidak keluar dari jalur
yang diridhoiNya.
Setiap aktivis dakwah mempunyai pertahanan diri yang berbeda-beda
terhadap VMJ. Ada yang sanggup bertahan dalam barisan dakwahnya dan juga
ada yang kalah, terserak dalam rantai permainan hati yang dia buat.
Saya akan tuliskan beberapa kisah aktivis dakwah dalam realita kehidupan.
1. Aktivis Butuh Penjagaan Iman
Seorang aktivis dakwah yang berada dalam lingkungan heterogen kampus
tantangannya mungkin lebih berat dan penjagaannya harus lebih kuat.
Interaksi dengan lawan jenis bisa dibilang sering. Dan di lingkungan
seperti inilah kadang ujian menghampiri. Dan hal ini dialami oleh
seorang akhwat. Sebut saja namanya Mujahidah.
Mujahidah adalah seorang akhwat yang aktif di organisasi kampus UIN SUSKA RIAU kekeluargaan yang terbangun dalam organisasi itu
membuatnya nyaman dan betah. Dia mengakui pengurus organisasi ini
seperti keluarga keduanya setelah keluarga aslinya yang jauh dari
ibukota Pekanbaru.
Rutinitas Mujahidah berkumpul di organisasi ini adalah pemicu awal
getar-getar dalam hatinya. Awalnya dia hanya iseng menghabiskan waktu
bersama teman-teman organisasinya sehabis kuliah atau jedda kuliah satu
dengan lainnya. Keisengannya tumbuh menjadi suatu kebiasaan.
Seiring berjalannya waktu ada seorang ikhwan berhasil menarik perhatian Muahidah. Kekaguman, dan kerinduan tumbuh dengan apik di dalam hatinya yang
lembut. Dia mengira perasaan ini cuma hal biasa. Fitrah bila
mengidolakan seseorang karena kebaikan dan pribadi yang sempurna.
Lambat laun perasaan ini semakin menjadi didukung dengan aktivitas di
dalam organisasi yang semakin padat dengan banyak melakukan kegiatan dan
rapat-rapat. Semua ini membuatnya sering berinteraksi dengan pengurus
organisasi tersebut. Dan tentu saja Mujahidah hampir tiap hari bertemu
dengan ikhwan yang diidolakan dan semakin membuat otaknya dipenuhi
dengan sosok ikhwan tersebut. Astaghfirullah…
Muahidah menyadari ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Keganjilan yang
dia rasakan. Wajah seorang yang selalu terbayang. Kerinduan yang tanpa
alasan. Semua itu meresahkannya ditambah kegiatan liqoat yang sering dia
lewatkan. Ruhiyahnya lapar, tidak pernah terisi dalam hitungan bulan.
Rutinitasnya untuk dunia organisasinya dan aktivitas kuliahnya yang
padat membuatnya lupa akan kebutuhan ruhaninya. Hingga suatu hari sang
murabbiya mengingatkan dan menasihatinya.
Mujahidah mulai menata hatinya dari awal atas bimbingan murabbinya. Ya
akhirnya! Dia menemukan cahaya dakwah dalam jiwanya. Liqoat yang tadinya
tidak terlalu dia pentingkan ternyata dapat dijadikan alat untuk
membangun benteng keimanan dari godaan-godaan hati yang dibayangi nafsu.
Dia kini meluangkan waktu untuk rutinitas lama yang pernah dia
tinggalkan sebelumnya untuk mengisi jiwanya dengan sentuhan-sentuhan Illahi.
Secara perlahan Mujahidah merubah pandangannya tentang sosok ikhwan yang dia
idolakan dan nyaris terlihat sempurna di matanya. Ikhwan tersebut
adalah manusia biasa yang mungkin dimanfaatkan Allah untuk mengujinya.
Waktu yang membuktikan segalanya.
Kewajaran tumbuhnya cinta tidak bisa diwajarkan bila tumbuh di lahan yang penuh dosa. Mujahidah meyakini itu.
Doa seorang Muahidah,” bersihkan hati ini dari titik-titik noda ya Allah.
Dan gantilah hatiku dengan hati yang lain bila tak bisa dibersihkan
lagi.”
Muahidah dalam kisah ini mengajari kita bahwa keheterogenan pergaulan
membutuhkan keimanan yang kuat, hati yang bersih, dan nutrisi jiwa yang
tidak boleh terputus. Menundukkan pandangan itu penting, agar kekaguman
dan penyakit hati lainnya tidak akan menyerang kita. Terutama virus
merah jambu. Jadi, waspadalah dengan mata dan hatimu saudaraku.
2. Perjalanan Cinta Sang Aktivis
Sapalah ikhwan ini dengan Dika. Dia aktif dalam keorganisasian di dalam
kampus maupun di luar kampus. Berinteraksi dengan lawan jenis sudah
menjadi hal biasa baginya. Parasnya yang cukup rupawan dan keaktifannya
dalam berdakwah mendapat banyak perhatian dari ihkwan lainnya dan akhwat
pun banyak yang mengaguminya. Mungkin tidak ada yang menyangka masa
lalunya yang penuh cerita yang tidak terbayangkan telah dialami oleh
seorang aktivis seperti Dika.
Ketika SMA Dika adalah seorang aktivis rohis di sekolahnya. Selain itu
dia juga mengikuti salah satu organisasi islam bagi pelajar Indonesia.
Meskipun saat itu dia seorang aktivis dakwah tetapi cara dia memandang
tentang cinta tidak sesuai dengan koridor islam. Dia masih menghalalkan
pacaran. Dalam pikirannya tertanam adanya pacaran islami. Mungkin itu
terjadi karena buku-buku yang bergaya islami tetapi menyesatkan. Aku
tidak tahu persis dengan cara berpikirnya saat itu.
Dika memiliki teman dekat bernama Uni. Adik perempuannya teman sekolah
Uni. Jadi, tanpa direncanakan mereka saling kenal dengan perantara
adiknya. Uni banyak tahu tentang Dika dari adiknya. Hubungan pertemanan
Uni dengan Dika cukup baik. Saat itu tidak ada rahasia antara mereka.
Dika selalu bercerita tentang aktivitasnya dalam berorganisasi dan
teman-teman perempuan yang mengaguminya. Dika pernah bilang ke Uni
merasa risih bila ada teman perempuannya mengharapkan lebih darinya. Uni
hanya menanggapinya dengan senyuman dan candaan. Saat itu Uni tidak
mengira dika benar-benar merasa resah atas keberadaan mereka─
teman-teman perempuannya.
Sesuatu yang mengagetkan terjadi, setelah beberapa bulan Dika lulus SMA.
Dika mengumumkan hubungannya dengan seorang perempuan. Mereka
berpacaran. Hubungan mereka cukup lama sampai hitungan bulan. Saat itu
Dika masih kontak melalui sms saling tanya kabar dengan Uni. Entah
kenapa Dika tidak bisa melepas sahabatnya meskipun telah memiliki
kekasih.
Ketika Uni memasuki bangku kuliah. Saat itu terdengar kabar Dika putus
dengan pacarnya. Tahun itu juga Dika baru saja mendaftar di sebuah
perguruan tinggi dan diterima. Sejak saat itu Uni dan Dika hampir tidak
pernah saling komunikasi.
Sebenarnya Dika dari awal menyukai Uni menurut pengakuan Dika. Namun, Uni hanya menganggapnya teman biasa.
Dika tahu Uni bukanlah seorang akhwat. Dia tidak berkerudung. Dia juga
tidak anti pacaran. Tetapi, dia memang tidak mau pacaran. Dika tidak
tahu alasannya apa. Sebagai pelarian dia berpacaran dengan orang lain.
Dan saat Dika mengenal tarbiyah, memahami koridor cinta yang benar,
cinta yang diridhoiNya. Dia memutuskan putus dengan pacarnya. Dan saat
itu dia mendengar dari teman-teman kuliah Uni, bahwa sahabatnya itu
telah berubah menjadi seorang aktivis dakwah di kampusnya. Uni menjadi
Seorang akhwat. Dika bersyukur bahwa Uni telah menutup auratnya.
Dika yang seorang aktivis dakwah kampus malu bila mengenang masa
lalunya. Tetapi, dia bersyukur karena Allah masih memberinya kesempatan
untuk kembali ke jalanNya.
Sekarang yang dikenal orang dari Dika adalah seorang ikhwan yang tanpa cela. Terlepas dari godaan dan sempurna.
Bila seorang dengan keyakinan bertaubat dan kembali ke jalan Allah
dengan hati yang suci insyaallah Yang Maha Tahu akan menyembunyikan yang
memang harus disembunyikan.
Sebatas obrolan dengan kawan
Pernah kulontarkan sebuah pertanyaan kepada seorang teman,
“Terlihat jelas cerita cinta sedang dipaparkan. Namun, kenapa dia
hanya sebatas bayang tanpa nama. Begitu sucikah namanya tak bisa
diikrarkan seperti setetes embun pagi yang bening tanpa noda?”
Dan dia menjawab,
“sangat suci untuk tidak menebar sebuah fitnah, ya beginilah aku
memandang seorang wanita. Begitu suci maka harus diperlakukan untuk
menjaga kesuciannya. Dan inilah cinta, perlu pengorbanan untuk menjaga
agar tetap suci seperti lahirnya”
Bingkai sajak memiliki makna tersirat. Tersembunyi sebuah nama di balik
syair-syair tanpa ada seorangpun yang mengetahui. Adakah sebuah rahasia
di balik dialog di atas. Entahlah…aku pun tidak tahu. Hanya Allah Yang
Maha Tahu. Cinta dalam kebisuan, syair-syair, dan ketakwan pada-Nya.
Selasa, 23 Juli 2013
Hukum Celana Di Bawah Mata Kaki
Mungkin sebagian orang sering menemukan di sekitarnya orang-orang yang celananya di atas mata kaki (cingkrang). Bahkan ada yang mencemoohnya dengan menggelarinya sebagai ‘celana kebanjiran’. Pembahasan kali ini –insya Allah- akan sedikit membahas mengenai cara berpakaian seperti ini apakah memang pakaian ini merupakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau bukan.
Penampilan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis
Perlu diketahui bahwasanya celana di atas mata kaki adalah sunnah dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan wanita diperintahkan untuk menutup telapak kakinya. Kita dapat melihat bahwa pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sebagaimana dalam keseharian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :
Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari dua hadits ini terlihat bahwa celana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis. Boleh bagi seseorang menurunkan celananya, namun dengan syarat tidak sampai menutupi mata kaki. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai teladan terbaik bagi kita dan bukanlah professor atau doctor atau seorang master yang dijadikan teladan. Allah Ta’ala berfirman,
Menjulurkan Celana Hingga Di Bawah Mata Kaki
Perhatikanlah hadits-hadits yang kami bawakan berikut ini yang sengaja kami bagi menjadi dua bagian. Hal ini sebagaimana kami ikuti dari pembagian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’ pada Bab Satrul ‘Awrot.
Pertama: Menjulurkan celana di bawah mata kaki dengan sombong
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Masih banyak lafazh yang serupa dengan dua hadits di atas dalam Shohih Muslim.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
Kedua: Menjulurkan celana di bawah mata kaki tanpa sombong
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari hadits-hadits di atas terdapat dua bentuk menjulurkan celana dan masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda. Kasus yang pertama -sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar di atas- yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki (isbal) dengan sombong. Hukuman untuk kasus pertama ini sangat berat yaitu Allah tidak akan berbicara dengannya, juga tidak akan melihatnya dan tidak akan disucikan serta baginya azab (siksaan) yang pedih. Bentuk pertama ini termasuk dosa besar.
Kasus yang kedua adalah apabila seseorang menjulurkan celananya tanpa sombong. Maka ini juga dikhawatirkan termasuk dosa besar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam perbuatan semacam ini dengan neraka.
Perhatikan bahwasanya hukum di antara dua kasus ini berbeda. Tidak bisa kita membawa hadits muthlaq dari Abu Huroiroh pada kasus kedua ke hadits muqoyyad dari Ibnu Umar pada kasus pertama karena hukum masing-masing berbeda. Bahkan ada sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri yang menjelaskan dua kasus ini sekaligus dan membedakan hukum masing-masing. Lihatlah hadits yang dimaksud sebagai berikut.
Jika kita perhatikan dalam hadits ini, terlihat bahwa hukum untuk kasus pertama dan kedua berbeda.
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jika menjulurkan celana tanpa sombong maka hukumnya makruh karena menganggap bahwa hadits Abu Huroiroh pada kasus kedua dapat dibawa ke hadits Ibnu Umar pada kasus pertama. Maka berarti yang dimaksudkan dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki sehingga mendapat ancaman (siksaan) adalah yang menjulurkan celananya dengan sombong. Jika tidak dilakukan dengan sombong, hukumnya makruh. Hal inilah yang dipilih oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan Riyadhus Shalihin, juga merupakan pendapat Imam Syafi’i serta pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah Ali Bassam di Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom -semoga Allah merahmati mereka-.
Namun, pendapat ini kurang tepat. Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa hukum masing-masing kasus berbeda. Jika hal ini dilakukan dengan sombong, hukumannya sendiri. Jika dilakukan tidak dengan sombong, maka kembali ke hadits mutlak yang menunjukkan adanya ancaman neraka. Bahkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri dibedakan hukum di antara dua kasus ini. Perhatikan baik-baik hadits Abu Sa’id di atas: Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti). Jadi, yang menjulurkan celana dengan sombong ataupun tidak, tetap mendapatkan hukuman. Wallahu a’lam bish showab.
Catatan: Perlu kami tambahkan bahwa para ulama yang menyatakan makruh seperti An Nawawi dan lainnya, mereka tidak pernah menyatakan bahwa hukum isbal adalah boleh kalau tidak dengan sombong. Mohon, jangan disalahpahami maksud ulama yang mengatakan demikian. Ingatlah bahwa para ulama tersebut hanya menyatakan makruh dan bukan menyatakan boleh berisbal. Ini yang banyak salah dipahami oleh sebagian orang yang mengikuti pendapat mereka. Maka hendaklah perkara makruh itu dijauhi, jika memang kita masih memilih pendapat yang lemah tersebut. Janganlah terus-menerus dalam melakukan yang makruh. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.
Sedikit Kerancuan, Abu Bakar Pernah Menjulurkan Celana Hingga di Bawah Mata Kaki
Bagaimana jika ada yang berdalil dengan perbuatan Abu Bakr di mana Abu Bakr dahulu pernah menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki?
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mendapat pertanyaan semacam ini, lalu beliau memberikan jawaban sebagai berikut.
Adapun yang berdalil dengan hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, maka kami katakan tidak ada baginya hujjah (pembela atau dalil) ditinjau dari dua sisi.
Pertama, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya salah satu ujung sarungku biasa melorot kecuali jika aku menjaga dengan seksama.” Maka ini bukan berarti dia melorotkan (menjulurkan) sarungnya karena kemauan dia. Namun sarungnya tersebut melorot dan selalu dijaga. Orang-orang yang isbal (menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki, pen) biasa menganggap bahwa mereka tidaklah menjulurkan pakaian mereka karena maksud sombong. Kami katakan kepada orang semacam ini : Jika kalian maksudkan menjulurkan celana hingga berada di bawah mata kaki tanpa bermaksud sombong, maka bagian yang melorot tersebut akan disiksa di neraka. Namun jika kalian menjulurkan celana tersebut dengan sombong, maka kalian akan disiksa dengan azab (siksaan) yang lebih pedih daripada itu yaitu Allah tidak akan berbicara dengan kalian pada hari kiamat, tidak akan melihat kalian, tidak akan mensucikan kalian dan bagi kalian siksaan yang pedih.
Kedua, Sesungguhnya Abu Bakr sudah diberi tazkiyah (rekomendasi atau penilaian baik) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sudah diakui bahwa Abu Bakr tidaklah melakukannya karena sombong. Lalu apakah di antara mereka yang berperilaku seperti di atas (dengan menjulurkan celana dan tidak bermaksud sombong, pen) sudah mendapatkan tazkiyah dan syahadah (rekomendasi)?! Akan tetapi syaithon membuka jalan untuk sebagian orang agar mengikuti ayat atau hadits yang samar (dalam pandangan mereka, pen) lalu ayat atau hadits tersebut digunakan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Allah-llah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada siapa yang Allah kehendaki. Kita memohon kepada Allah agar mendapatkan petunjuk dan ampunan. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul Aqidah, hal. 547-548).
Marilah Mengagungkan dan Melaksanakan Ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman,
Hal ini juga dapat dilihat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu seolah-olah inilah nasehat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati para sahabat radhiyallahu ‘anhum,
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
Sahabat Sangat Perhatian dengan Masalah Celana
Sebagai penutup dari pembahasan ini, kami akan membawakan sebuah kisah yang menceritakan sangat perhatiannya salaf (shahabat) dengan masalah celana di atas mata kaki, sampai-sampai di ujung kematian masih memperingatkan hal ini.
Dalam shohih Bukhari dan shohih Ibnu Hibban, dikisahkan mengenai kematian Umar bin Al Khaththab setelah dibunuh seseorang ketika shalat. Lalu orang-orang mendatanginya di saat menjelang kematiannya. Lalu datanglah pula seorang pemuda. Setelah Umar ngobrol sebentar dengannya, ketika dia beranjak pergi, terlihat pakaiannya menyeret tanah (dalam keadaan isbal). Lalu Umar berkata,
Jadi, masalah isbal (celana menyeret tanah) adalah perkara yang amat penting. Jika ada yang mengatakan ‘kok masalah celana saja dipermasalahkan?’ Maka cukup kisah ini sebagai jawabannya. Kita menekankan masalah ini karena salaf (shahabat) juga menekankannya. -Semoga kita dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah-
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Penampilan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis
Perlu diketahui bahwasanya celana di atas mata kaki adalah sunnah dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan wanita diperintahkan untuk menutup telapak kakinya. Kita dapat melihat bahwa pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sebagaimana dalam keseharian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :
سَمِعْتُ عَمَّتِي ، تُحَدِّثُ عَنْ عَمِّهَا قَالَ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِالمَدِيْنَةِ ، إِذَا إِنْسَانٌ خَلْفِي يَقُوْلُ : « اِرْفَعْ إِزَارَكَ ، فَإِنَّهُ أَنْقَى» فَإِذَا هُوَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا هِيَ بُرْدَةٌ مَلْحَاءُ) قَالَ : « أَمَّا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ ؟ » فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارَهُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ
Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ فَإِنْ أَبِيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبِيْتَ فَلاَ حَقَّ لِلإِْزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ
“Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain tersebut menutupi mata kaki.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, hal.70, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shohih)Dari dua hadits ini terlihat bahwa celana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis. Boleh bagi seseorang menurunkan celananya, namun dengan syarat tidak sampai menutupi mata kaki. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai teladan terbaik bagi kita dan bukanlah professor atau doctor atau seorang master yang dijadikan teladan. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [60] : 21)Menjulurkan Celana Hingga Di Bawah Mata Kaki
Perhatikanlah hadits-hadits yang kami bawakan berikut ini yang sengaja kami bagi menjadi dua bagian. Hal ini sebagaimana kami ikuti dari pembagian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’ pada Bab Satrul ‘Awrot.
Pertama: Menjulurkan celana di bawah mata kaki dengan sombong
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ
“Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR. Muslim no. 5574).Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الَّذِى يَجُرُّ ثِيَابَهُ مِنَ الْخُيَلاَءِ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 5576)Masih banyak lafazh yang serupa dengan dua hadits di atas dalam Shohih Muslim.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat nanti, tidak dipandang, dan tidak disucikan serta bagi mereka siksaan yang pedih.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata,
خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Mereka sangat celaka dan merugi. Siapa mereka, Ya Rasulullah?”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Mereka adalah orang yang isbal, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 306). Orang yang isbal (musbil) adalah orang yang menjulurkan pakaian atau celananya di bawah mata kaki. Kedua: Menjulurkan celana di bawah mata kaki tanpa sombong
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ
“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)Dari hadits-hadits di atas terdapat dua bentuk menjulurkan celana dan masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda. Kasus yang pertama -sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar di atas- yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki (isbal) dengan sombong. Hukuman untuk kasus pertama ini sangat berat yaitu Allah tidak akan berbicara dengannya, juga tidak akan melihatnya dan tidak akan disucikan serta baginya azab (siksaan) yang pedih. Bentuk pertama ini termasuk dosa besar.
Kasus yang kedua adalah apabila seseorang menjulurkan celananya tanpa sombong. Maka ini juga dikhawatirkan termasuk dosa besar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam perbuatan semacam ini dengan neraka.
Perhatikan bahwasanya hukum di antara dua kasus ini berbeda. Tidak bisa kita membawa hadits muthlaq dari Abu Huroiroh pada kasus kedua ke hadits muqoyyad dari Ibnu Umar pada kasus pertama karena hukum masing-masing berbeda. Bahkan ada sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri yang menjelaskan dua kasus ini sekaligus dan membedakan hukum masing-masing. Lihatlah hadits yang dimaksud sebagai berikut.
إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلاَ حَرَجَ - أَوْ لاَ جُنَاحَ - فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ
“Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shogir, 921)Jika kita perhatikan dalam hadits ini, terlihat bahwa hukum untuk kasus pertama dan kedua berbeda.
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jika menjulurkan celana tanpa sombong maka hukumnya makruh karena menganggap bahwa hadits Abu Huroiroh pada kasus kedua dapat dibawa ke hadits Ibnu Umar pada kasus pertama. Maka berarti yang dimaksudkan dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki sehingga mendapat ancaman (siksaan) adalah yang menjulurkan celananya dengan sombong. Jika tidak dilakukan dengan sombong, hukumnya makruh. Hal inilah yang dipilih oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan Riyadhus Shalihin, juga merupakan pendapat Imam Syafi’i serta pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah Ali Bassam di Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom -semoga Allah merahmati mereka-.
Namun, pendapat ini kurang tepat. Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa hukum masing-masing kasus berbeda. Jika hal ini dilakukan dengan sombong, hukumannya sendiri. Jika dilakukan tidak dengan sombong, maka kembali ke hadits mutlak yang menunjukkan adanya ancaman neraka. Bahkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri dibedakan hukum di antara dua kasus ini. Perhatikan baik-baik hadits Abu Sa’id di atas: Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti). Jadi, yang menjulurkan celana dengan sombong ataupun tidak, tetap mendapatkan hukuman. Wallahu a’lam bish showab.
Catatan: Perlu kami tambahkan bahwa para ulama yang menyatakan makruh seperti An Nawawi dan lainnya, mereka tidak pernah menyatakan bahwa hukum isbal adalah boleh kalau tidak dengan sombong. Mohon, jangan disalahpahami maksud ulama yang mengatakan demikian. Ingatlah bahwa para ulama tersebut hanya menyatakan makruh dan bukan menyatakan boleh berisbal. Ini yang banyak salah dipahami oleh sebagian orang yang mengikuti pendapat mereka. Maka hendaklah perkara makruh itu dijauhi, jika memang kita masih memilih pendapat yang lemah tersebut. Janganlah terus-menerus dalam melakukan yang makruh. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.
Sedikit Kerancuan, Abu Bakar Pernah Menjulurkan Celana Hingga di Bawah Mata Kaki
Bagaimana jika ada yang berdalil dengan perbuatan Abu Bakr di mana Abu Bakr dahulu pernah menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki?
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mendapat pertanyaan semacam ini, lalu beliau memberikan jawaban sebagai berikut.
Adapun yang berdalil dengan hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, maka kami katakan tidak ada baginya hujjah (pembela atau dalil) ditinjau dari dua sisi.
Pertama, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya salah satu ujung sarungku biasa melorot kecuali jika aku menjaga dengan seksama.” Maka ini bukan berarti dia melorotkan (menjulurkan) sarungnya karena kemauan dia. Namun sarungnya tersebut melorot dan selalu dijaga. Orang-orang yang isbal (menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki, pen) biasa menganggap bahwa mereka tidaklah menjulurkan pakaian mereka karena maksud sombong. Kami katakan kepada orang semacam ini : Jika kalian maksudkan menjulurkan celana hingga berada di bawah mata kaki tanpa bermaksud sombong, maka bagian yang melorot tersebut akan disiksa di neraka. Namun jika kalian menjulurkan celana tersebut dengan sombong, maka kalian akan disiksa dengan azab (siksaan) yang lebih pedih daripada itu yaitu Allah tidak akan berbicara dengan kalian pada hari kiamat, tidak akan melihat kalian, tidak akan mensucikan kalian dan bagi kalian siksaan yang pedih.
Kedua, Sesungguhnya Abu Bakr sudah diberi tazkiyah (rekomendasi atau penilaian baik) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sudah diakui bahwa Abu Bakr tidaklah melakukannya karena sombong. Lalu apakah di antara mereka yang berperilaku seperti di atas (dengan menjulurkan celana dan tidak bermaksud sombong, pen) sudah mendapatkan tazkiyah dan syahadah (rekomendasi)?! Akan tetapi syaithon membuka jalan untuk sebagian orang agar mengikuti ayat atau hadits yang samar (dalam pandangan mereka, pen) lalu ayat atau hadits tersebut digunakan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Allah-llah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada siapa yang Allah kehendaki. Kita memohon kepada Allah agar mendapatkan petunjuk dan ampunan. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul Aqidah, hal. 547-548).
Marilah Mengagungkan dan Melaksanakan Ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang menta'ati Rasul, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah.” (QS. An Nisa’ [4] : 80)
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur [24] : 63)
وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan jika kamu ta'at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An Nur [24] : 54)Hal ini juga dapat dilihat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu seolah-olah inilah nasehat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati para sahabat radhiyallahu ‘anhum,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
”Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)Sahabat Sangat Perhatian dengan Masalah Celana
Sebagai penutup dari pembahasan ini, kami akan membawakan sebuah kisah yang menceritakan sangat perhatiannya salaf (shahabat) dengan masalah celana di atas mata kaki, sampai-sampai di ujung kematian masih memperingatkan hal ini.
Dalam shohih Bukhari dan shohih Ibnu Hibban, dikisahkan mengenai kematian Umar bin Al Khaththab setelah dibunuh seseorang ketika shalat. Lalu orang-orang mendatanginya di saat menjelang kematiannya. Lalu datanglah pula seorang pemuda. Setelah Umar ngobrol sebentar dengannya, ketika dia beranjak pergi, terlihat pakaiannya menyeret tanah (dalam keadaan isbal). Lalu Umar berkata,
رُدُّوا عَلَىَّ الْغُلاَمَ
“Panggil pemuda tadi!” Lalu Umar berkata,
ابْنَ أَخِى ارْفَعْ ثَوْبَكَ ، فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ وَأَتْقَى لِرَبِّكَ ،
“Wahai anak saudaraku. Tinggikanlah pakaianmu! Sesungguhnya itu akan lebih mengawetkan pakaianmu dan akan lebih bertakwa kepada Rabbmu.”Jadi, masalah isbal (celana menyeret tanah) adalah perkara yang amat penting. Jika ada yang mengatakan ‘kok masalah celana saja dipermasalahkan?’ Maka cukup kisah ini sebagai jawabannya. Kita menekankan masalah ini karena salaf (shahabat) juga menekankannya. -Semoga kita dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah-
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
My Profile
My Profile
NAMA : Robi
Rendra Tribuana
TTL : Desa Aursati, 20 Juli 1993
ALAMAT : JL. Lobak, Arengka Pekanbaru
JURUSAN : Ahwal Al-Sahksiyah
FAKULTAS : Syariah dan Ilmu Hukum
UNIVERSITAS : UIN SUSKA
RIAU
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Ø TK Perwati,
Di Desa Aursati, Kec. Tambang, Kab. Kampar_ 1998-1999
Ø Sekolah Dasar
( SD ) 012, Di Desa Aursati, Kec. Tambang,
Kab. Kampar, Tahun _ 1999-2005
Ø Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Islamic Centre Al-Hidayah (PPICA), Di Desa Sawah
Baru, Kec. Kampar Timur, Kab. Kampar, Tahun_ 2005-2008
Ø Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Islamic Centre Al-Hidayah (PPICA), Di Desa Sawah Baru,
Kec. Kampar Timur, Kab. Kampar, Tahun_ 2008-2011
Ø UIN SUSKA
RIAU, Tahun_2011- Sekarang.
PENGALAMAN ORGANISASI
Ø CO. HUMAS FK-MASSYA, TAHUN_ 2012-2013
Ø CO. BPA
FK-MASSYA, TAHUN_ 2013-2014
Ø WAKIL KETUA
IKATAN REMAJA MASJID AL JAMA’ATU WAL JAMA’AH (IRMALJA’AH) DESA AURSATI, Kec. TAMBANG, Kab. KAMPAR Tahun_ 2009-2013
Ø SEKRETARIS
UMUM BEM (BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA) FASIH, TAHUN_2012-2013
KATA-KATA MOTIVASI
“Learn To Know Your Self”
MOTTO HIDUP
“Action Speaks Louder Than The Words”
Khutbah Idul Fitri 1434 H Roby RendraTribuana
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر ... ... ... الله اكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحا ن الله بكرة
واصيلا لا اله الاالله وحده صد ق وعده ونصر عبده واعز جنده وحزم الاحزاب وحده.
لااله الاالله ولانعبد الااياه مخلصين له الدين ولوكره الكافرون ولوكره المشركون
ولو كره المنافقون. لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله, حمدا شاكر حمدا ناعم حمدا يوافى نعمه ويكافئ
مزيده ياربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك. اشهد ان لااله
الاالله وحده لاشريك له, واشهد ان محمدا عبده ورسوله لانبي بعده. اللهم صلى وسلم
وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين, اما بعد فيا ايهاالحضرون اتقو الله
حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
قال الله تعالى فى
القران الكريم:
بسم الله الرحمن الرحيم
M÷uäur& Ï%©!$#
Ü>Éjs3ã
ÉúïÏe$!$$Î/
ÇÊÈ
Ï9ºxsù
Ï%©!$#
íßt
zOÏKuø9$#
ÇËÈ
wur
Ùçts
4n?tã
ÏQ$yèsÛ
ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$#
ÇÌÈ
×@÷uqsù
ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9
ÇÍÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd
`tã
öNÍkÍEx|¹
tbqèd$y
ÇÎÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd
crâä!#tã
ÇÏÈ
tbqãèuZôJtur
tbqãã$yJø9$#
ÇÐÈ
وقال النبي صلى الله عليه
وسلم:
بسم الله الرحمن الرحيم
اذا مات ابن ادام انقطع عماله الا من ثلاث, صدقة
جارية اوالعلم ينتفع به اوولد صالح يدعوله.
صدق الله العظيم
الله اكبر... ولله الحمد
Bergema suara takbir
menghiasi jagad raya membuat pendengaran kita menjadi indah. Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang masih mengizinkan kita untuk mendengarkan kalimat takbir yang begitu indah. Allah yang Maha Pengasih yang masih memberikan kesempatan yang
sangat berarti di dalam kehidupan ini. Dengan dipimpin oleh seorang Imam kemudian diikuti oleh
Makmum, gema taqbir sangat menyentuh bagi tiap-tiap yang berperasaan. Takbir
yang bergema keangkasa raya, menembus kepermukaan bumi, mendaki gunung yang
tinggi, menuruni lembah yang dalam, menyeberangi samudera lepas dan melintasi
sahara yang luas. Bahkan tumbuh-tumbuhan dan hewan ikut serta mengucapkan kalimat takbir kepada Allah, dan
senantiasa mendoakan umat mukmin dengan cara mereka sendiri.
Kita ingat,
dahulunya kita masih bisa berjabat tangan dan berpelukan bersama-sama orang
yang kita cintai dan yang kita sayangi, masih bisa menyantap sahur dan berbuka
puasa bersama mereka, tetapi karena semuanya milik Allah dan akan kembali
kepadaNya, Ia telah mengambil mereka dari pandangan bahkan dari pangkuan kita.
Orang yang kita cintai telah menghadap Allah SWT. Sehingga mereka tidak bisa
lagi merayakan Idil Fitri bersama-sama dengan kita pada Syawal tahun ini.
Dengan segala permohonan dan harapan kita kepada Allah, Semoga Allah memberikan
kemudahan kepada mereka yang ada dikubur sana dan mengampuni dosa-dosa yang
pernah mereka lakukan semasa hidup didunia.
الله اكبر... ولله الحمد
Dengan Rahmat
Allah SWT, sehingga Ia menurunkan seorang Nabi dan Rasul untuk membawa Umat
kejalan yang selamat. Pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal yang dikenal pada tahun
gajah, seorang Putra dari keturunan yang sholeh dan sholehah dilahirkan keatas
dunia. Ia lahir dalam keadaan yatim, tetapi meskipun demikian, Ia bisa tumbuh
dan dibesarkan dalam suasana yang penuh dengan kesederhanaan serta nuansa yang
berpendidikan. Muhammad bin Abdullah namanya, yang telah membawa kalimat Tauhid
kepermukaan bumi. Sehingga berkat perjuangan Beliaulah, agama Islam masih
berdiri dan jaya sampai saaat ini. Tiada Syafaat dan pertolongan yang bisa kita
harapkan dihari akhirat kelak, selain dari Syafaat baginda nabi besar Muhammad
SAW.
Ketahuilah
Kaumuslimin, ketika Nabi Adam As ingin menikahi Siti Hawa, maka Adam As harus
minta izin kepada Allah SWT. Dengan memenuhi syarat dari Allah, yaitu maskawin
berupa bershalawat sebanyak 10 kali kepada Nabi Muhammad SAW. Kita ketahui,
padahal Baginda Nabi Muhammad belum lahir pada waktu itu, namun Nabi Adam As
sudah dianjurkan untuk bershalawat kepadanya. Bahkan shalawat kepada Nabi
Muhammad dijadikan hal yang terpenting pada waktu itu, yakninya sebuah maskawin
untuk menikahi Siti Hawa. Apalagi kita yang mengaku sebagai umatnya, kita sudah
diselamatkan dari lembah kejahilliyaan, kita sudah diselamatkan dari kehidupan
yang penuh dengan kegelapan, tetapi masih sangat banyak diantara kita yang
masih enggan untuk bershalawat kepadanya. Na’dzubillahimindzaalik,
Mudah-mudahan kita tidak termasuk golongan yang demikian. Amin ya rabbal
‘lamin.
الله اكبر... ولله الحمد
Pagi ini,
kita merayakan Idil Fitri, hari raya kesucian yang dinantikan kehadirannya oleh
setiap insan yang beriman, dengan demikian kita kembali kepada fitrah, yaitu
kemurnian dan kesucian. Kembali kepada kemurnian dan kesucian berarti kita
kembali kepada suasana yang bersih telepas dari dosa dan kesalahan. Setiap
orang yang melaksanakan puasa Ramadhan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah
akan terlepas dosa dan kesalahannya, sehingga ia menjadi suci kembali, seperti
bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Kesucian yang telah kita peroleh
dengan susah payah itu hendaklah terus dipertahankan sampai bulan-bulan
berikutnya dengan meningkatkan iman dan takwa kita serta bertaqarub kepada
Allah dengan tunduk dan patuh. Menunjuk sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Ketika
umat islam berpuasa Ramadhan, lalu keluar menuju tempat shalat Id, maka Allah
SWT berfirman: Hai para MalaikatKu, setiap buruh pasti mengharapkan upahnya,
dan Hamba-hambaKu, yakni orang-orang yang beriman yang berpuasa dibulan
Ramadhan, lalu mereka keluar melaksanakan shalat Id, mereka menuntut upah
mereka. Untuk itu saksikanlah, bahwa Aku benar-benar telah mengampuni mereka.
Kemudian terdengarlah panggilan: Hai umat Muhammad, kembalilah kerumahmu
masing-masing, setelah kalian melaksanakan shalat Id, Aku telah menukar semua
keburukanmu dengan amalan baikmu. Allah berfirman: Hai Hamba-hambaKu, kalian
telah berpuasa untukKu, berbuka juga karenaKu, untuk itu ketahuilah, Aku telah
mengampuni semua dosa-dosamu”.
Alangkah
besarnya penghormatan yang Allah berikan untuk kita selaku umat Muhammad SAW.
Dia berikan satu bulan kepada kita untuk melaksanakan Ibadah yang bisa
menghapus semua dosa dan kesalahan yang kita lakukan semenjak kita mulai
balligh hingga sampai saat sekarang ini. Namun masih banyak diantara kita yang
menyia-nyiakan penghormatan dari Allah tersebut, dan masih banyak diantara kita
yang membiarkan Ramadhan lewat begitu saja, tanpa melakukan sesuatu yang
berarti di dalamnya. Alangkah meruginya kita, yang tidak memanfaatkan Ramadhan
kemaren dengan sebaik-baiknya. Sebab kita belum pasti bisa bertemu dengan
Ramadhan yang akan datang. Bagi orang-orang yang menganggap Ramadhan bagaikan
sebuah permata emas dan berlian, yang tidak mungkin mudah untuk didapatkan. Pasti
mereka memanfaatkan Ramadhan kemaren dengan sebaik-baiknya, karena mereka tahu
bahwa mereka akan rugi besar jika membiarkan Ramadhan lewat begitu saja, tanpa
mengambil manfaat darinya.
Berbahagilah
wahai hamba Allah yang telah berhasil melaksanakan puasa ramadhan sebulan
penuh, pada hari ini kita boleh bergembira mencicipi buah manis dari buah puasa
yang kita laksanakan, buah manis itu adalah لعلكم تتقون , Agar kamu menjadi
orang yang bertaqwa. Ketaqwaan merupakan kemenangan puncak yang paling
tingggi bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa. Dia merasa bahagia dengan
rahmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, dan dia harus berani membagi
kesenangan itu kepada orang lain. Maka sebagai saluran sesakit dan sesenang,
sesuka dan seduka, Allah mewajibkan kepada seluruh hambaNya suatu ibadah, yaitu
zakat fitrah. Sebagaimana yang tercantum di dalam Firmannya yang berbunyi:
خذ من اموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها
“Ambillah
sedekah dari sebahagian harta mereka, justru dengan bersedekah akan mensucikan
harta”.
Dengan adanya
zakat fitrah, islam melapangkan jalan ukhuwah yang menghubungkan kaum hartawan
yang dermawan dengan si miskin yang tak punya. Datanglah uluran tangan dari
saudaranya yang seiman dan berlandaskan satu aqidah. Dengan demikian, segenggam
tanah dihari raya ini, tidak akan ada lagi dibasahi oleh tetesan air mata orang
miskin. Terlihat jelas wahai kaumuslimin, betapa tingginya nilai ibadah zakat
itu, si kaya mendapatkan pahala dari harta yang diberikannya, dan kelapangan
bagi si miskin dari kesempitan dan kesusahan hidupnya.
Selanjutnya,
tidak jarang pula dihari ini, bila pikiran terbang melayang jauh, ibu bapak
teringat akan anaknya yang jauh di rantau orang. Anak yatim teringat akan ayah
bundanya yang sudah lama pergi, para janda teringat akan suaminya yang pernah
menjalani kehidupan bahagia bersama semasa hidupnya, sehingga muncullah seribu
satu kenangan dicela-cela kegembiraan. Sehingga berhari raya tidak sepenuhnya
dapat dirasakan oleh mereka. Namun percayalah, bahwa semuanya itu akan tenteram
kembali bila diiringi dengan hati yang taqwa, dan penuh kesabaran. Oleh karena
itu, pakaian yang terindah pada hari ini adalah pakaian taqwa dengan hiasan
syukur, tak obahnya bagaikan paket lebaran dari Allah untuk hamba-hambaNya yang
benar-benar mengamalkan puasa sebulan penuh.
الله اكبر... ولله الحمد
Dalam suasana
Hari Raya ini, masih ada beberapa hal yang harus kita renungkan, diantaranya yaitu,
kita harus ikut memikirkan nasib dan penderitaan anak yatim dan fakir miskin.
Jangan sampai hari ini semua kita bahagia, sementara anak yatim dan fakir
miskin bermandikan air mata. Ingatlah ancaman Allah di dalam FirmanNya:
|M÷uäur& Ï%©!$# Ü>Éjs3ã
ÉúïÏe$!$$Î/
ÇÊÈ
Ï9ºxsù
Ï%©!$#
íßt
zOÏKuø9$#
ÇËÈ
wur
Ùçts
4n?tã
ÏQ$yèsÛ
ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$#
ÇÌÈ
“Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mau memberi makan orang miskin”.
Anak
yatim dan fakir miskin adalah tanggung jawab kita bersama. Miskin dan kaya,
kuat dan lemah adalah dua kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri. Semuanya itu merupakan ujian dari Allah SWT kepada
segenap HambaNya. Oleh karena itu, bagi si kaya yang mempunyai kelapangan hidup,
bertanggung jawab dan berkewajiban untuk membantu si miskin. Kita harus bisa
menginsafi dan meyakini diri bahwa apa yang kita miliki saat ini bukanlah milik
kita pribadi secara hakiki, tapi ini merupakan titipan Allah buat sementara
kepada kita, yang tiba saatnya nanti akan diambil Pemiliknya. Boleh jadi kita
hari ini berzakat dan bersedekah, besok atau lusa belum tentu kita lagi yang
akan menerima zakat atau sedekah dari orang.
الله اكبر... ولله الحمد
Hai
anak-anak yatim, sebenarnya engkau menurut agama adalah orang yang kaya, semua
laki-laki muslim adalah ayah yang bertanggung jawab terhadapmu. Semua muslimat
adalah ibu yang akan membimbingmu. Tapi kenyataannya lain, sungguh malang
nasibmu, kami sering lupa akan nasibmu, kami sibuk memikirkan urusan dan
kebutuhan keluarga dan rumah tangga kami, engkau menjadi terlunta-lunta,
nasibmu bagaikan buih ditengah lautan yang tak punya kekuatan dan kemampuan dan
terombang ambing di dalam mengarungi kehidupan.
Dihari
raya ini, teman-teman yang sebaya denganmu memakai pakaian yang serba baru dan indah,
bersalaman dengan ayah dan bunda mereka. Tetapi bagaimana dengan nasibmu wahai
anak yatim, pakaian baru mana yang akan engkau pakai? siapa yang akan
mengenakkan pakaian baru pada tubuhmu yang lemah itu? Tangan siapa yang akan
engkau cium untuk engkau salami? Disaat teman-teman sebayamu bahagia, bercanda
dan bersuka ria dengan kedua orang tua mereka, dengan siapa engkau bagi rasa
itu? Kaumuslimin, yang selalu terbayang oleh mereka adalah ayah dan bunda
mereka yang sekarang telah hancur dikandung tanah. Keindahan bersama ayah dan
bunda, hanya tinggal sebuah kenangan yang indah, yang takkan pernah terulang
lagi dalam kehidupan mereka. Berlinanglah air mata mereka disaat mendengar
seruan takbir yang kita kumandangkan hari ini.
Demikian
juga nasibmu hai fakir dan miskin, janganlah pernah berputus asa dari rahmat
Allah, yakinlah bahwa dibalik kesusahan itu kebahagiaan sudang menunggu. Tak
ada pendakian yang tidak memiliki penurunan, tidak ada gelap tanpa dihadiri
oleh cahaya terang, tabahkanlah hatimu dalam menghadapi ujian ini, janganlah
karena kemiskinan menjerumuskanmu untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
Kaumuslimin,
kita telah mengetahui bagaimana susahnya kehidupan mereka para anak yatim, fakir dan miskin. Jangankan untuk mengenakkan
pakaian yang baru ditubuh mereka pada hari yang suci ini, mengisi butiran
makanan ke dalam perut mereka, merekapun merasa sangat kesusahan. Siapa yang
akan ringan tangan kepada para fakir dan
miskin,
kalau tidak kita sebagai orang yang hidup diatas mereka. Siapa yang akan
mengasihi anak yatim, kalau tidak kita selaku ayah dan ibu mereka? Cukuplah
Kaumuslimin, Cukuplah! sudah satu tahun berlinang air mata mereka membasahi
pipi-pipi mereka yang manis, sudah satu tahun mereka mengeluarkan air mata
ketika waktu makan pagi, siang dan malam datang, tetapi mereka masih menangis
karena kelaparan, janganlah tambah penderitaan mereka. Apakah dihari yang suci
dan penuh kebahagiaan ini, kita masih membiarkan air mata mereka jatuh dengan
percuma? Apakah kita masih tega dihari ini, ketika kita menghiasi wajah kita
dengan senyuman dan kegembiraan bersama istri dan anak-anak kita, sementara
mereka yang berjalan tanpa tujuan, berjalan terlunta-lunta menyaksikan
orang-orang yang penuh dengan kegembiraan karena menikmati indahnya lebaran,
sementara mereka hanya bisa menghiasinya dengan berduka cita, tanpa bisa ikut
serta menikmati lebaran dengan kebahagiaan dan senyuman pula.
Sungguh
sangat keterlaluan bagi kita yang tidak peduli terhadap nasib mereka. Ingatlah,
bahwa kita tidak akan selamanya diatas. Hidup di dunia bagaikan sebuah roda,
dan roda selalu berputar. Kadang dia dibawah, terkadang dia diatas.
Mudah-mudahan, pada moment yang singkat ini kita bisa menyadari bahwa anak
yatim, fakir dan miskin adalah tanggung jawab kita bersama, dan dengan
menyadari tanggung jawab ini, mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang
yang mendustakan agama.
الله اكبر... ولله الحمد
Dengan
datangnya Idil Fitri, maka suatu pihak akan kembali ketempatnya. Yaitu arwah
sanak keluarga yang telah mendahului kita. Pada bulan Ramadhan, mereka
dibebaskan pulang kerumah untuk mengunjungi sekaligus meminta bantuan dan kiriman
do’a dari anak-anak, sanak saudara dan keluarganya. Mereka membawa sebuah
kantong untuk menanti dan menerima oleh-oleh berupa do’a tersebut. Tapi apabila
Khatib telah naik keatas mimbar, maka mereka akan kembali ketempat semula.
Diantara mereka ada yang kembali dengan kantong kosong dan tangan yang hampa,
karena keluarga mereka sama sekali tidak ingat akan keberadaan mereka dialam
kubur sana, dan ada pula yang kembali dengan muka gembira dan bahagia, karena
kantong yang mereka bawa berisi penuh, keluarga yang ditinggalkan ternyata
masih suka bersedekah atas nama mereka dan masih selalu mendo’akan ampunan
untuk mereka. Maka mereka yang kembali kekubur mereka dengan membawa kantong
yang kosong, maka pada waktu itu mereka berucap kepada keluarganya: “Limpahkanlah
kasih sayangmu kepada kami, dengan memberikan sedekah, kami sangat mengharapkan
kasih sayang darimu. Seandainya kamu adalah orang yang kurang mampu, bacakanlah
untuk kami surat Alfatihah. Adakah salah seorang dari kalian yang melimpahkan
kasih sayang kepada kami? Masih ingatkah kalian pada kami yang sedang berada
pada sehelai titipan papan ini? Wahai orang yang mendiami rumah kami, wahai
orang yang menggantikan kami sebagai suami atau istri, kami sekarang sedang
berada dalam kesempitan kubur, berilah pahala dari sepotong rotimu,
sedekahkanlah kepada orang yang sedang kelaparan, dan niatkan pahalanya untuk
kami, jangan lupakan kami dari do’amu. Sesungguhnya kami sangat mengharapkan
sedekah dan do’a darimu”.
Kaumuslimin,
mayat didalam kubur itu tak ubahnya seperti seseorang yang karam ditengah
lautan yang dalam dan luas, yang senantiasa memanggil-manggil orang yang berada
didaratan atau ditepi lautan. Bantuan do’a dan sedekah itulah yang lebih
berharga bagi mereka daripada dunia dan seisinya. Barangkali dapat kita
bayangkan, seorang ayah dan ibu yang menjerit memanggil-manggil anaknya, yang
berdiri dipinggir pantai, sementara ayah dan ibunya meminta tolong dari tengah
lautan luas yang sedang terapung-apung akan mengalami tenggelam. Seandainya
Allah membukakan hijab untuk kita, niscaya kita akan mendengar jeritan
kesakitan mereka didalam kubur sana, dan kita akan mendengar mereka yang sedang
meratap dan memanggil-manggil keluarganya untuk meminta bantuan berupa do’a.
Alangkah
beruntungnya bagi arwah yang membawa penuh kantong sedekahnya kembali kekubur,
karena anak-anak dan keluarga yang ia tinggalkan ternyata masih ingat akan
keberadaannya dialam sana. Tetapi sebaliknya, alangkah malangnya bagi mereka
yang pulang kembali kekubur mereka dengan kantong kosong dan tangan yang hampa,
tidak membawa oleh-oleh apapun dari kunjungan mereka kepada anak-anak dan
keluarga yang mereka tinggalkan.
Kaumuslimin
Hamba Allah yang berbahagia, demikianlah uraian khutbah kita pada pagi yang
cerah ini, semoga kita mendapat prediket yang bertaqwa kepada Allah SWT. Amin
ya Rabbal ‘alamin.
فاعتبروا يا اولى الابصار لعلكم ترحمون
الله اكبر .... ...
الله اكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحا ن الله بكرة واصيلا لا اله الاالله
وحده صد ق وعده ونصر عبده واعز جنده وحزم الاحزاب وحده. لااله الاالله ولانعبد
الااياه مخلصين له الدين ولوكره الكافرون ولوكره المشركون ولو كره المنافقون.
لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله رب العالمين,
نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذباالله من شرور انفسنا ومن سيات اعمالنا من يهدله فلا
مضلله ومن يضلله فلا هاديله, اشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له, واشهد ان محمدا
عبده ورسوله لا نبي بعده. اللهم صلى وسلم وبارك
على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين, اما بعد فيا ايهاالحضرون اتقو الله حق
تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
قال الله تعالى فى
القران الكريم:
بسم الله الرحمن الرحيم
M÷uäur& Ï%©!$#
Ü>Éjs3ã
ÉúïÏe$!$$Î/
ÇÊÈ
Ï9ºxsù
Ï%©!$#
íßt
zOÏKuø9$#
ÇËÈ
wur
Ùçts
4n?tã
ÏQ$yèsÛ
ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$#
ÇÌÈ
×@÷uqsù
ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9
ÇÍÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd
`tã
öNÍkÍEx|¹
tbqèd$y
ÇÎÈ
tûïÏ%©!$#
öNèd
crâä!#tã
ÇÏÈ
tbqãèuZôJtur
tbqãã$yJø9$#
ÇÐÈ
وقال تعالى في اية الاخرى
بسم الله الرحمن الرحيم:
ان الله وملائكته يصلون على النبي ياايها الذين
امنوا صلو عليه وسلموا تسليما.
اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد,
كما صليت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم, الى اخر......
اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤ
منات الاحياُ منهم والاموات برحمتك يا ارحم الراحمين. اللهم اغفر لنا ذنوبنا ولوالدينا
وارحمهما كما ربيانا صغيرا.
Ya Allah,
Engkau beri kami mata, tapi kami sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas
kami lihat. Engkau beri kami telinga, tapi kami sering gunakan untuk mendengar
kata sia-sia. Engkau beri kami lidah, tapi kami sering gunakan untuk berbohong
dan menggunjing orang lain. Engkau beri kami tangan, tapi kami sering gunakan
untuk menzalimi orang lain dan menzalimi diri kami sendiri. Engkau beri kami
kaki, tapi kami sering gunakan untuk melangkah menuju ke tempat maksiat. Engkau
beri kami akal, tapi akal itu jarang kami gunakan untuk memikirkan bagaimana
berhukum dengan syari'atmu, akal kami yang liar justru sering kami pakai untuk
memikirkan hal-hal yang kotor dan licik.
Ya Allah, Engkau
beri kami usia hingga setua ini, tapi kami sering lalai hingga usia itu berlalu
dengan percuma. Nafas demi nafas engkau berikan, tapi tidak menjadi amal apapun
jua bagi kami. Langit yang kau ciptakan sebagai atap, jarang mengingatkan kami
kepada keagunganMu.
Ya Allah, kami tidak
sanggup ya Allah, bila detik-demi-detik yang telah Kau berikan, di akhirat
nanti menuntut mengapa waktu itu selama ini kami sia-siakan. Bila setiap udara
oksigen-Mu yang pernah kami hirup dengan cuma-cuma, di hari kiamat nanti
menuntut kami, mengapa dia kami gunakan untuk maksiat kepada-Mu ya Allah. Bila
bumi yang perkasa menghimpit kami di alam kubur, karena selama di dunia kami
dengan congkak dan sombong berjalan di punggungnya.
Ya Allah, Orang
tua sangat menyayangi kami, tapi kami hampir tak pernah membalas budi mereka.
Ibu yang dengan ikhlash mengandung kami di dalam rahimnya selama 9 bulan, maka
selama itu pulalah ayah kami merasa khawatir yang bersangatan. Namun kami
sering melupakan itu ya Allah, suara kami sering tinggi melebihi suara mereka,
mereka yang sedang menjerit di alam kubur, tetapi kami masih enak-enakan
berfoya-foya di dunia yang fana’ ini. Sehingga kami selalu melupakan keberadaan
mereka yang sedang kehausan, yang sedang kesakitan di alam sana ya Allah.
Ya Allah, ampuni dosa kami ya
Allah… dosa kedua orang tua kami ya Allah, sayangi mereka sebagaimana mereka
menyayangi kami ketika kami kecil. Ya Allah, jangan jadikan kami sebagai orang
yang mendustakan agamamu ya Allah, yang tidak memperdulikan nasib anak yatim, para fakir dan miskin. Jadikanlah kami orang yang selalu menyayangi
mereka ya Allah. Supaya kami termasuk golongan orang-orang yang beruntung.
ربنا ظلمنا انفسنا وان
لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين.
ربنا
اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عبادالله, ان الله يأ مروا باالعدل والاحسان,
وايتاءذ القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي, يعيظكم لعلكم تذكرون, والحمد لله
رب العالمين.
Langganan:
Postingan (Atom)