Rabu, 24 Juli 2013

Ketika Cinta Mengetuk Hati Sang Aktivis Dakwah

Aktivis dakwah kampus yang sering disebut ADK bukanlah barisan malaikat yang tanpa cela. Bagaimanapun juga, mereka adalah manusia yang bisa melakukan kesalahan dalam tatanan kehidupannya. Disinilah uniknya, fitrah manusia yang mempunyai rasa dan akal untuk belajar dari tiap kesalahannya. Sering kali ADK tergelincir dan keluar dari barisan dakwah karena tidak memiliki iman yang kuat.
Banyak hal yang menggoyahkan ADK. Menurut penglihatan saya para ADK sering kelimpungan kalau sudah terkena virus merah jambu. Virus ini bekerja secara perlahan tapi pasti. Kadang para ADK tidak menyadarinya bahwa dalam hatinya sudah terjangkit virus merah jambu (VMJ). Biasanya bila sudah terjangkit virus ini, hati hanya condong ke satu arah, mata hanya memandang ke satu wajah, dan rindu itu tertuju hanya untuk satu orang idola. Dia yang tanpa cela, dia yang selalu sempurna, dan dia yang selalu dipuja. Masalahnya yang disebut dia bukanlah Sang Pemilik Hati. Namun hanya seorang yang mungkin bisa mengacaukan hati.
VMJ ada karena cinta ada. Tiada yang dapat mengingkari perasaan ini karena rasa ini adalah fitrah kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Tetapi, ada yang perlu dicatat! Pengemasan cinta itu. Karena cinta tidak bisa dibelenggu makanya harus dijaga dan dirawat agar tidak keluar dari jalur yang diridhoiNya.
Setiap aktivis dakwah mempunyai pertahanan diri yang berbeda-beda terhadap VMJ. Ada yang sanggup bertahan dalam barisan dakwahnya dan juga ada yang kalah, terserak dalam rantai permainan hati yang dia buat.
Saya akan tuliskan beberapa kisah aktivis dakwah dalam realita kehidupan.
1. Aktivis Butuh Penjagaan Iman
Seorang aktivis dakwah yang berada dalam lingkungan heterogen kampus tantangannya mungkin lebih berat dan penjagaannya harus lebih kuat. Interaksi dengan lawan jenis bisa dibilang sering. Dan di lingkungan seperti inilah kadang ujian menghampiri. Dan hal ini dialami oleh seorang akhwat. Sebut saja namanya Mujahidah.
Mujahidah adalah seorang akhwat yang aktif di organisasi kampus UIN SUSKA RIAU kekeluargaan yang terbangun dalam organisasi itu membuatnya nyaman dan betah. Dia mengakui pengurus organisasi ini seperti keluarga keduanya setelah keluarga aslinya yang jauh dari ibukota Pekanbaru.
Rutinitas Mujahidah berkumpul di organisasi ini adalah pemicu awal getar-getar dalam hatinya. Awalnya dia hanya iseng menghabiskan waktu bersama teman-teman organisasinya sehabis kuliah atau jedda kuliah satu dengan lainnya. Keisengannya tumbuh menjadi suatu kebiasaan.
Seiring berjalannya waktu ada seorang ikhwan berhasil menarik perhatian Muahidah. Kekaguman, dan kerinduan tumbuh dengan apik di dalam hatinya yang lembut. Dia mengira perasaan ini cuma hal biasa. Fitrah bila mengidolakan seseorang karena kebaikan dan pribadi yang sempurna.
Lambat laun perasaan ini semakin menjadi didukung dengan aktivitas di dalam organisasi yang semakin padat dengan banyak melakukan kegiatan dan rapat-rapat. Semua ini membuatnya sering berinteraksi dengan pengurus organisasi tersebut. Dan tentu saja Mujahidah hampir tiap hari bertemu dengan ikhwan yang diidolakan dan semakin membuat otaknya dipenuhi dengan sosok ikhwan tersebut. Astaghfirullah…
Muahidah menyadari ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Keganjilan yang dia rasakan. Wajah seorang yang selalu terbayang. Kerinduan yang tanpa alasan. Semua itu meresahkannya ditambah kegiatan liqoat yang sering dia lewatkan. Ruhiyahnya lapar, tidak pernah terisi dalam hitungan bulan. Rutinitasnya untuk dunia organisasinya dan aktivitas kuliahnya yang padat membuatnya lupa akan kebutuhan ruhaninya. Hingga suatu hari sang murabbiya mengingatkan dan menasihatinya.
Mujahidah mulai menata hatinya dari awal atas bimbingan murabbinya. Ya akhirnya! Dia menemukan cahaya dakwah dalam jiwanya. Liqoat yang tadinya tidak terlalu dia pentingkan ternyata dapat dijadikan alat untuk membangun benteng keimanan dari godaan-godaan hati yang dibayangi nafsu. Dia kini meluangkan waktu untuk rutinitas lama yang pernah dia tinggalkan sebelumnya untuk mengisi jiwanya dengan sentuhan-sentuhan Illahi.
Secara perlahan Mujahidah merubah pandangannya tentang sosok ikhwan yang dia idolakan dan nyaris terlihat sempurna di matanya. Ikhwan tersebut adalah manusia biasa yang mungkin dimanfaatkan Allah untuk mengujinya. Waktu yang membuktikan segalanya.
Kewajaran tumbuhnya cinta tidak bisa diwajarkan bila tumbuh di lahan yang penuh dosa. Mujahidah meyakini itu.
Doa seorang Muahidah,” bersihkan hati ini dari titik-titik noda ya Allah. Dan gantilah hatiku dengan hati yang lain bila tak bisa dibersihkan lagi.”
Muahidah dalam kisah ini mengajari kita bahwa keheterogenan pergaulan membutuhkan keimanan yang kuat, hati yang bersih, dan nutrisi jiwa yang tidak boleh terputus. Menundukkan pandangan itu penting, agar kekaguman dan penyakit hati lainnya tidak akan menyerang kita. Terutama virus merah jambu. Jadi, waspadalah dengan mata dan hatimu saudaraku.
2. Perjalanan Cinta Sang Aktivis
Sapalah ikhwan ini dengan Dika. Dia aktif dalam keorganisasian di dalam kampus maupun di luar kampus. Berinteraksi dengan lawan jenis sudah menjadi hal biasa baginya. Parasnya yang cukup rupawan dan keaktifannya dalam berdakwah mendapat banyak perhatian dari ihkwan lainnya dan akhwat pun banyak yang mengaguminya. Mungkin tidak ada yang menyangka masa lalunya yang penuh cerita yang tidak terbayangkan telah dialami oleh seorang aktivis seperti Dika.
Ketika SMA Dika adalah seorang aktivis rohis di sekolahnya. Selain itu dia juga mengikuti salah satu organisasi islam bagi pelajar Indonesia. Meskipun saat itu dia seorang aktivis dakwah tetapi cara dia memandang tentang cinta tidak sesuai dengan koridor islam. Dia masih menghalalkan pacaran. Dalam pikirannya tertanam adanya pacaran islami. Mungkin itu terjadi karena buku-buku yang bergaya islami tetapi menyesatkan. Aku tidak tahu persis dengan cara berpikirnya saat itu.
Dika memiliki teman dekat bernama Uni. Adik perempuannya teman sekolah Uni. Jadi, tanpa direncanakan mereka saling kenal dengan perantara adiknya. Uni banyak tahu tentang Dika dari adiknya. Hubungan pertemanan Uni dengan Dika cukup baik. Saat itu tidak ada rahasia antara mereka. Dika selalu bercerita tentang aktivitasnya dalam berorganisasi dan teman-teman perempuan yang mengaguminya. Dika pernah bilang ke Uni merasa risih bila ada teman perempuannya mengharapkan lebih darinya. Uni hanya menanggapinya dengan senyuman dan candaan. Saat itu Uni tidak mengira dika benar-benar merasa resah atas keberadaan mereka─ teman-teman perempuannya.
Sesuatu yang mengagetkan terjadi, setelah beberapa bulan Dika lulus SMA. Dika mengumumkan hubungannya dengan seorang perempuan. Mereka berpacaran. Hubungan mereka cukup lama sampai hitungan bulan. Saat itu Dika masih kontak melalui sms saling tanya kabar dengan Uni. Entah kenapa Dika tidak bisa melepas sahabatnya meskipun telah memiliki kekasih.
Ketika Uni memasuki bangku kuliah. Saat itu terdengar kabar Dika putus dengan pacarnya. Tahun itu juga Dika baru saja mendaftar di sebuah perguruan tinggi dan diterima. Sejak saat itu Uni dan Dika hampir tidak pernah saling komunikasi.
Sebenarnya Dika dari awal menyukai Uni menurut pengakuan Dika. Namun, Uni hanya menganggapnya teman biasa.
Dika tahu Uni bukanlah seorang akhwat. Dia tidak berkerudung. Dia juga tidak anti pacaran. Tetapi, dia memang tidak mau pacaran. Dika tidak tahu alasannya apa. Sebagai pelarian dia berpacaran dengan orang lain.
Dan saat Dika mengenal tarbiyah, memahami koridor cinta yang benar, cinta yang diridhoiNya. Dia memutuskan putus dengan pacarnya. Dan saat itu dia mendengar dari teman-teman kuliah Uni, bahwa sahabatnya itu telah berubah menjadi seorang aktivis dakwah di kampusnya. Uni menjadi Seorang akhwat. Dika bersyukur bahwa Uni telah menutup auratnya.
Dika yang seorang aktivis dakwah kampus malu bila mengenang masa lalunya. Tetapi, dia bersyukur karena Allah masih memberinya kesempatan untuk kembali ke jalanNya.
Sekarang yang dikenal orang dari Dika adalah seorang ikhwan yang tanpa cela. Terlepas dari godaan dan sempurna.
Bila seorang dengan keyakinan bertaubat dan kembali ke jalan Allah dengan hati yang suci insyaallah Yang Maha Tahu akan menyembunyikan yang memang harus disembunyikan.
Sebatas obrolan dengan kawan
Pernah kulontarkan sebuah pertanyaan kepada seorang teman,
“Terlihat jelas cerita cinta sedang dipaparkan. Namun, kenapa dia hanya sebatas bayang tanpa nama. Begitu sucikah namanya tak bisa diikrarkan seperti setetes embun pagi yang bening tanpa noda?”

Dan dia menjawab,
“sangat suci untuk tidak menebar sebuah fitnah, ya beginilah aku memandang seorang wanita. Begitu suci maka harus diperlakukan untuk menjaga kesuciannya. Dan inilah cinta, perlu pengorbanan untuk menjaga agar tetap suci seperti lahirnya”

Bingkai sajak memiliki makna tersirat. Tersembunyi sebuah nama di balik syair-syair tanpa ada seorangpun yang mengetahui. Adakah sebuah rahasia di balik dialog di atas. Entahlah…aku pun tidak tahu. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Cinta dalam kebisuan, syair-syair, dan ketakwan pada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar